Adat Melamar Dan Nikah Melayu Jambi
Sumber : http://komariabahasaadatjambi.blogspot.co.id/2014/07/adat-melamat-dan-nikah.html
Sumber Foto : Google Image
google-site-verification:google0761525834d001de.html
“IG: Slametsetyabudi93 FB: Slamet Setya Budi WA : 082176448963”
Kalau kita boleh jujur maka kita harus mengakui bahwa sejarah Kabupaten Tebo sejak era Melayu Kuno masih diliputi kegelapan. Ditambah lagi, wilayah administrasi dan topografi Tebo zaman dahulu berbeda dengan kondisi saat ini. Selain itu, dalam memahami wilayah Jambi khususnya Kabupaten Tebo maka tidak lepas dari adanya teluk purba bernama "Teluk Wen". Keberadaan Teluk Wen patut diteliti lebih lanjut karena memiliki posisi yang menentukan dalam menyusun sejarah wilayah sumatera tengah. Kadangkala kita berfikir kenapa di Kabupaten Tebo ada daerah bernama Teluk padahal kita berada di daratan contoh Teluk Singkawang, Teluk Kayu Putih, dan Teluk Lancang. Mungkinkah ada kaitannya dengan adanya Teluk Purba Zaman dahulunya?
Nah, disini penulis merujuk gambaran Teluk Wen sebagaimana digambarkan oleh Prof. Sartono yaitu antara Jambi dan Tungkal terdapat teluk besar, Muara Tungkal terletak diujung pantai utara dan Jambi diujung pantai selatan, Ditepi utara disekitar Muara Tebo terdapat Kerajaan Tupo, disebelah selatan Muara Tebo terdapat suatu pulau bernama Pulei, kearah timur Kerajaan Tupo terdapat sebuah kerajaan bernama Koying yang memiliki banyak gunung berapi, di Tungkal terdapat sebuah kerajaan bernama Kuntala. Namun dengan adanya proses sedimentasi kemungkinan besar terjadinya perpindahan letak kerajaan.
Disini penulis tidak akan membahas secara detail mengenai sejarah ketiga kerajaan tersebut dikarenakan pernah dibahas dalam tulisan "Kisah Sejarah Dibalik Koin Ayam Kumpeh dan Tebo maupun Ada Apa Dengan Situs Tuo Sumay" namun Penulis akan sedikit menyinggung Kerajaan Tupo.
Sumber terkait Kerajaan Tupo dapat diperoleh dari berita china yang ditulis oleh Fu-nan-t'u-su-chw'en berasal dari K'ang-tai bertahun 245 - 250 yang melaporkan adanya negeri bernama Tupo. Sementara itu, Prof. Dr. Sartono berpendapat bahwa adanya transliterasi toponim tupo yang berbunyi Tebo. Nah disini kita patut mendalami apakah benar bukti Tebo sebagai pusat Kerajaan Tupo ? apabila dikemudian hari ditemukan bukti kuat selain berita dari china maka tidak dipungkiri Kerajaan Tupo lebih tua dibanding Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Disamping itu, dalam ensklopedia Wen-hsien-t'ung-k'ao diterangkan bahwa kerajaan koying terletak 5000li (Penulis belum memahami apa yang dimaksud dengan satuan li) ditimur Chu-po tepatnya di Kerinci sekarang. Nah dengan adanya bukti kuat mengenai Kerajaan Koying di Kerinci membuktikan bahwa Kerajaan Tupo memang terletak di Kabupaten Tebo jika merujuk pada Wen-hsien-t'ung-k'ao.
Namun, eksistensi Kerajaan Tupo meredup setelah tahun 280 M. Justru banyak berita dari china menceritakan tentang Kerajaan Koying. Karena diabad yang sama tepatnya di tahun 222 - 280 Wan-chen menjelaskan tentang adanya negeri bernama Koying dan cerita tentang koying juga disinggung dalam ensklopedia T'ung-tien (375 - 812). Ada dugaan bahwa Kerajaan Tupo telah dikuasai oleh Kerajaan Koying dan menjadikan Muara Tebo sekarang sebagai Pelabuhan. Namun kita jangan berkecil hati dikarenakan Kabupaten Tebo memiliki peninggalan yang amat sangat berharga yaitu Candi yang mungkin bisa membuktikan letak Kerajaan Tupo maupun kerajaan lainnya.
Pada masa Sriwijaya eksistensi kerajaan melayu kuno mulai tenggelam. Namun ada yang menarik dari kisah Sriwijaya yaitu tentang kisah perjalanan I-Tsing yang pernah singgah di Sriwijaya selama enam bulan. Diceritakan dalam pelayarannya dari Kanton di China ke Nagapattam di India tahun 671/672 ia singgah di shelifoshe /Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta selama enam bulan. Setelah itu ia menuju ke Moloyou dimana ia tinggal selama dua bulan. Kemudian, ia melanjutkan perjalanannya ke Chieh-cha dan selanjutnya ke India. Dalam perjalanan pulangnya pada tahun 685 ia kembali singgah di Moloyou yang telah senjadi shelifoshe selama enam bulan.
Hal ini sesuai dengan isi Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 mengisahkan perjalanan Dapunta Hyang membawa 20.000 orang prajurit meninggalkan Minanga Tamwan dengan perasaan suka cita penuh kemenangan.
Dalam perdebatan mengenai lokasi Kerajaan Moloyu para ahli merujuk pada kata "Minanga Tamwan". Lagi - lagi nama Tebo masuk dalam bahasan tersebut yaitu sesuai dengan definisi Prof. Slamet Muljana berpendapat bahwa. Istilah Malayu berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sansekerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di Kota Jambi, karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Namun kembali lagi, kita dibingungkan oleh nama sebuah kerajaan apakah nama Koying, Kuntala, Tupo menjadi satu nama yaitu Moloyou. Penulis sendiri belum mendapatkan bukti kuat tentang perubahan nama tersebut.
Lebih lanjut, Prasasti Tanyore menyebutkan bahwa ibu kota Kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit. Sehingga, Slamet Muljana berpendapat bahwa istana Malayu terletak di Minanga Tamwan sebagaimana yang tertulis dalam prasasti Kedukan Bukit. Menurutnya, Minanga Tamwan adalah nama kuno dari Muara Tebo. Namun belum banyak bukti kuat untuk mendukung pendapat ini. Penulis akan sedikit menganalisa dari kisah It-sing, apabila ia belajar bahasa sansekerta di Kerajaan Sriwijaya yang berlokasi di Muara Jambi maka besar kemungkinan lokasi Moloyou berada di Kabupaten Tebo bukan berarti harus di Muara Tebo namun bisa jadi di pedalaman Tebo. Perjalanan Dapuntya Hyang dari minanga tamwan juga tidak dijelaskan apakah pelayaran tersebut sampai di Marwat Wanua tanpa pernah singgah ketika dalam perjalanan atau datang secara serempak atau bertahap.
Menjelajahi peninggalan benda sejarah di Kabupaten Tebo penulis pernah menjumpai Keramik era Dinasti Sung (960M-1279M) dengan motif bunga lotus timbul, serta motif bunga yang memiliki tiga warna yaitu orange, hitam, dan hijau serta Tembikar Tradisional bermotif bunga teratai yang yang ditemukan di wilayah Sumay. Sementara di Muara Tebo penulis juga menjumpai keramik zaman Dinasti Sung dengan glasir warna hijau dan warna keramik kulit telur bebek serta Keramik era Dinasti Yuan dengan warna kebiru - biruan dan motif rumit. Disamping itu, pada umunya keramik di Tebo mudah dijumpai di era Dinasti Ming (1368 M – 1643 M).
Hal itu menandakan diera shilifoshi sistem perdagangan atau pemukiman kuno menyebar diwilayah Tebo. Namun pemukiman masih terkonsentrasi disekitar Sungai Batanghari. Sebaran peninggalan sejarah di Tebo hampir dapat dijumpai di setiap kecamatan namun berbeda periodesasi.
Sementara itu, di akhir masa Kerajaan Sriwijaya serta dalam usaha pendudukan oleh Majapahit untuk menciptakan kesatuan Nusantara, Kerajaan Melayu II lebih dahulu telah menjalin hubungan dengan Singosari tahun 1286 M. Hal ini ditandai dengan pemberian hadiah oleh Raja Kartanegara kepada Raja Tribuanaraja Mauliwarmadewa di Swarnabhumi hal ini dikenal dengan nama Expedisi Pamalayu. Prasasti tersebut merupakan dokumen pertama yang menyebutkan dharmasraya terletak ditepi Sungai Batanghari. Menurut Uli Kozok Prasasti Amoghapasha juga ditemukan di Desa Rambahan Kabupaten Bungo - Tebo. Singkat cerita, Kerajaan Melayu II hanya bertahan 40 Tahun di Dharmasraya sebelum pindah ke Suruaso.
Setelah runtuhnya Kerajaan Singasari muncullah Kerajaan Majapahit (1293). Dalam Pupuh 13 Negarakertagama yang selesai dikarang tahun 1356 mencatat 24 Negara di Bumi Melayu mengakui kedaulatan Majapahit. Empat diantaranya inti Kerajaan Melayu II era Adityawarman yaitu Dharmasraya, Jambi, Minangkabau, dan Teba (Muara Tebo). Namun Casparis (1989) berpendapat bahwa Raja Malayu sendiri memiliki kedaulatan sempurna yang tidak takluk kepada siapapun.
Berangkat dari kisah diatas wilayah administrasi Kabupaten Tebo tentunya memiliki peranan penting diera kebangkitan Melayu sejak diruntuhkan oleh Sriwijaya. Kitab Negarakertagama memasukan Tebo sebagai wilayah inti dari Melayu namun anehnya kenapa tidak masuk dalam wilayah Jambi dalam artian memiliki wilayah tersendiri. Setelah berakhirnya era Melayu II maka wilayah Tebo tetap masuk kedalam wilayah Kerajaan Melayu III.
Banyak peninggalan sejarah di Kabupaten Tebo yang terbentang dari VII Koto hingga Muara Tabir tentunya menandakan bahwa Kabupaten Tebo memiliki nilai sejarah yang layak untuk dilestarikan. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam menggambarkan sejarah tebo untuk itu perlu adanya pelurusan terkait hal ini dikarenakan tulisan ini ditulis semata - mata karena kecintaan dan keprihatinan terhadap Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung.
Ditulis Oleh : Slamet Setya Budi
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Muara Bungo
Memang bodoh mungkin ketika kita menyembunyikan perasaan kita terhadap dia yang kita banggakan, dia yang selalu hadir dalam tiap baris doa kita, dia yang selalu kita bicarakan bersama sahabat, dia yang kita ceritakan kepada kedua orang tua kita, dan dia yang selalu membuat kita tersenyum dengan sendirinya tanpa kitasadari.
Bukanlah perkara mudah untuk bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan kepada seseorang yang kita harapkan kehadirannya. Rasa takut yang kian menghampiri membuat kita jadi lupa diri, siapa kita dan apa maksud kita untuk bisa bersamanya, bahkan kita akan kehilangan keseimbangan pikiran ketika berada disampingnya. Apa yang akan kita ucapkan selanjutnya, apa yang akan dia jawab, seperti itulah perasaan yang kian menghantui disetiap pertanyaan.
Tak sadarkah kau disana ? Ketika bersamamu ku tak bisa memalingkan sedetikpun dari katayang kau lantunkan...
Alasan sederhana yang sampai saat ini tak kuungkapkan adalah, "Aku terlalu menghormatimu, dan aku terlalu takut untuk kehilanganmu." Bukanku tak punya nyali untuk mengungkapkan, bukan aku tak punya keberanian untuk mengutarakan, tetapi sudah menjadi kewajibanku untuk menjaga kehormatanmu, dan sudah menjadi ketakutanku untuk kehilanganmu.
Ketika aku menyampaikan perasaanku terhadapmu, tidak ada jaminan kau akan selalu berada disampingku.
Bukanaku penakut, hanya saja aku tidak mau mengikuti keegoisanku, aku sadar bahwa kau lebih berarti dari sebuah hubungan yang takan ada berujung. Maafkan ku sayang, ku terlalu takut untuk kehilanganmu.
Kumencintaimu bukan karena nafsu, ketika kumengungkapkan apa yang aku rasakan tanpa adanya hubungan pernikahan, percayalah itu adalah nafsubukanlah cinta.
Tolaklah semua yang aku katakan, jauhilah aku sebisamu, palingkan wajahmu dari hinanya perkataanku.
Izinkan aku tuk memperbaiki diri, dan yakinkan kepadaku bahwa kau tak akan ke lain hati. Tunggu aku di altar bersama walimu. Sesaat setelah aku menghela nafas, kau telah sah jadi milikku.
Untukmu seseorang yang sedang berbahagia disana dengan kesendiriannya, tunggulah aku untuk saat ini. Memperbaiki diri sedang kujalani, memantaskan diri sedang kuperbaiki. Jarak memang memisahkan, perkataan memang mengisyaratkan, tapi ingatlah satu hal ketika kau berada disana.
Aku memperbaiki demi kebahagiaan, demi bisa bersamamu dalam suatu hubungan yang bisa dipercayakan kedua orangtuamu kepadaku. Akupun tak tahan dengan status yang kujalani saat ini. Aku belum bisa mengubah niatanku untuk bisa bersamamu dalam ikatan yang terjalin dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Persiapkan hari itu, hari dimana aku kau dan penghulu berada diantara wali dan saksi.
Kuberjanji persiapkan hari dimana kebahagiaan adalah pondasi untuk kita menjadi, bukan hanya janji yang akan ku berikan tetapi bukti yang telah ku siapkan. Persiapkan dirimu untuk kelak menjadi milikku, kan ku ucapkan janji sumpah yang sudah menjadi ciri bahwakita sudah layak untuk menjadi.
Aku lebih memilih mencintaimu dalam diam, karena itu bisa membuatku merasa bahwa akulah yang terhebat dengan bisa memilikimu tanpa harus menyentuhmu.
Jika memang kau tak mengizinkanku untuk bisa bersanding denganmu, izinkan aku untuk bisa mencintaimu dalam diam, karena hanya itulah yang bisa kulakukan saat ini. Ketika tiba waktunya, kau akan mengert arti diamku selama ini.
Bukti kan kucari. Untukmu sang pujangga hati, suatu saat nanti akan kubuktikan bahwa tempat ini memang bukan untuk lain hati. Percayakan tiap langkahmu pada apa yang akan kau tuju, dan kujanjikan kita bersama ketika semesta berbicara.
Sulit memang meyakinkan hanya dengan kata-kata, tetapi inilah fakta kehidupan yang sebenarnya ketika kau dan aku untuk saat ini tidak bisa menjadi kita. Maka untaian janji yang mungkin untuk saat ini tanpa ada bukti yang bisa kuwujudkan.
Percayalah meskipun kita saling mencintai dalam diam, kita akan dipersatukan oleh-Nya, dan semesta akan memberi imbalan setimpal atas kesabaran kita menuju altar kebahagiaan. Percayalah dengan segenap hatimu, aku memang mencintaimu dalam diam.