Tampilkan postingan dengan label Sumay. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sumay. Tampilkan semua postingan

Situs Tuo Sumay dan Kerajaan Tertua di Kabupaten Tebo

Ada Apa Dengan Situs Tuo Sumay....?:

PT.Pusat Penerangan Terkini Minggu, 05 Juli 2015 Minggu, Juli 05, 2015

The Jambi Times - Tebo - Secara administratif Situs Tuo Sumay terletak di Dusun Ulu Gedong DesaTuo Sumay Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo. Situs Tuo Sumay beberapa tahun ini mencuat kepermukaan hingga dapat menarik minat peneliti - peneliti tersohor di Indonesia. Situs Tuo Sumay pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 dalam Pameran Pembangunan di Jambi namun yang dipamerkan adalahFragmen Bata Kuno oleh perwakilan Bungo - Tebo. Batu Bata Kuno yang ditemukan diduga menandakan adanya sebuah candi pada wilayah tersebut. Setelah itu, Pada tahun 1991 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu melakukan pendataan namun tidak menghasilkan informasi. Hal ini dikarenakan lokasi penemuan Fragmen Bata Kuno masih terdapat pohon - pohon besar, pohon salak, dll.

Disamping itu, masyarakat setempat juga melaporkan adanya temuan - temuan seperti piring - piring keramik, tusuk konde, kalung, cincin, jarum dll. Pada Seminar Melayu Kuno pada tahun 1992 di Jambi Fachrudin Saudagar dalam Pemaparanya mengenai The Expansion of The Ancient Malay in Jambi atau Perkembangan Kerajaan Melayu Kuno di Jambi menempatkan Dusun Tuo Sumay menjadi salah satu wilayah yang dianjurkan untuk diselidiki. Pada tahun 1995 dilakukan survey dilokasi temuan bata - bata kuno. Hasil Survey menunjukan bahwa fragmen bata - bata kuno ditemukan diatas gundukan dan disekitar rumah penduduk. Namunfragmen bata kuno tersebut dijadikan sebagai alas tiang rumah, dapur, teras,dan halaman rumah.

Kemudian, pada tahun 1996 dilakukan pemugaran gundukan dimana disisi barat dan utara adalah tempat perkampungan penduduk. Sementara sisi timur dan selatan berbatasan dengan makam. Pada tahun 1999 dilakukan ekskavasi penyelamatan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Dalam ekskavasi tersebut menghasilkan temuan Keramik Asing berbentuk wadah dan keramik lokal. Perbedaan temuan keramik menunjukan adanya perbedaan prilaku dengan kebudayaanpada situs lainnya. Hal ini dapat di simpulkan dikarenakan lokasi yang terdapat di pinggir Batang Sumay serta banyaknya pemukiman kuno maka menunjukan akulturasi budaya.Kerajaan Melayu Kuno Banyak perspektif dan dugaan - dugaan yang muncul perihal penemuan Situs Tuo Sumay yang diperkirakan usianya lebih tua dibandi Situs Candi di Muaro Jambi. Dimana diSitus Candi Tuo Sumay memiliki perbedaan Fragmen Bata yaitu bata merah dan putih. Diduga batu batamerah digunakan sebagai dasar bangunan dan batu bata putih sebagaibangunan utama dari ukuran batu batasaja sudah menunjukan perbedaan dengan Candi di Muaro Jambi. Dalam dunia sejarah di Indonesia mengenai kerajaan - kerajaan kuno banyak yang menyangka bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara adalah kerajaan tertua di Indonesia. Di Jambi sendiri terdapat sedikitnya dalam berita china ada 3 kerajaan tua.

Kandali/Kantoli/Kuntala

Dalam makalah Prof. Sartono yang diseminarkan di Jambi mengenai Sejarah Melayu Kuno hanya salah satudari sekian banyak pakar peneliti mengenai Kerajaan Melayu Kuno. Nama Kandali telah dikenal oleh Kaisar Hsiau-wu (459 - 464) menurut catatanya Raja dari Kandali bernama Sa-pa-la-na-lin-da menyuruh utusanya bernama Taruda untuk pergi ke negeri China sebagai Utusanya. Sedangkan menurut Catatan Kaisar Wu dari Dinasti Liang (502 - 549) Kerajaan Kandali mengirim utusanya keChina pada tahun 502, 519, dan 520. Dilaporkan juga bahwa Kerajaan Kandali berada di laut selatan dan adatkebiasaanya seperti penduduk kamboja dan champa. Menurut Mulyana menuturkan bahwa Toponin Kantoli dan Kandala yang berada di sekitar Jambi mungkin berasal dari India Selatan. Kedua Toponim yakni Kandali dan Kantoli, berasal dari Transliterasi China . Namun peneliti banyak meyakini lokasi Kuntala beradadi Sungai Tungkal yang bagian hulunya bernama Sungai Pengabuan.

Koying

Catatan yang dibuat oleh K'ang-tai dan Wan-chen dari Dinasti Wu (222 - 280) tentang adanya negeri bernama Koying. Tentang negeri juga dimuat dalam ensklopedi Tung - tien yang ditulis oleh Tu-yu (375 - 812) dan disalin oleh Ma-tu-an-lin dalam ensklopedi Wen-hsien-t'ungkao (Wolters dalam Sartono 1992 : 86) diterangkan bahwa kerajaan Koying ada gunung api dan daerah sebelah selatan ada sebuah teluk bernama Wen. Dalam teluk tersebut ada pulau bernama Pulei. Serta penduduk yang mendiami pulau tersebut semuanya telanjang bulat, dengan kulit bewarna hitam, giginya putih, dan matanya merah. Menurut catatan china yang lain disimpulkan lokasi Koying berada di Indonesia bagian barat seiring perkembangan zaman maka kerajaan koying sesuai dengan bukti arkeologi serta sumber - sumber lainnya disimpulkan lokasi Koying di Kerinci.

Tupo, Shepo, Tchupo

Menurut Ferrand (1992 dalam Sartono: 86) ada catatan sejarah China yang ditulis Fu-nan-t'u-su-chw'en berasal dari K'ang-tai bertahun 245 - 250 yang melaporkan adanya negeri bernama Tupo. Selain itu adanya transliterasi toponim Tupo yang identik berbunyi Tebo maka ada kemungkinan lokasi Tupo berada di Tebo.

Dari perdebatan sejarah selama ini Kerajaan Tupo lah yang menjadi perdebatan menarik selain minimnya sumber berita china tidak seperti Koying dan Kuntala namun tentunya Tupo memiliki sejarahtersendiri. Dalam Folklore masyarakat jambi tentang asal - usul rajo jambi menyebutkan wilayah tebo memegangperanan penting.Situs Tuo Sumay mencuat kepermukaan bisa jadi adalah untuk mengungkap Sejarah Kerajaan Tupo. Hal ini menarik untuk dikaji mengingat minimya penelitian sejarah di Kabupaten Tebo. Padahal Kabupaten Ini memiliki peranan cukup krusial di Sejarah Jambi bahkan sampai internasional. Berbondong - bondong peneliti untuk mencari data dan fakta jika dalam penelitian menunjukan Situs Tuo Sumay dibangun pada Abad ke 3 - 5 bisa jadi Kebesaran Kerajaan Tupo akan terungkap dan Kesejarahandi Kabupaten Tebo bukan lagi sebuah cerita pengantar tidur.

Slamet Setya Budi
Penulis adalah  Pengurus Palang Merah Indonesia Kabupaten Tebo

Baca selengkapnya