Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan

Ini Dia Makna Logo HUT RI Ke 71

Logo Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia secara resmi telah dirilis pemerintah melalui Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) pada 25 Mei 2016 lalu, Selanjutnya masyarakat bisa mengakses logo tersebut dihttp://www.setneg.go.id.

Menurut Kepala Bekraf, konsep Logo HUT RI ke 71 adalah: Sebagai bentuk kerja nyata yang berkesinambungan maka visual 71 tahun indonesia merdeka memiliki bentuk yang berkelanjutan dari logo 70 Tahun Indonesia merdeka. Pada logo 71 tahun ini digambarkan dua setengah lingkaran yang mengilustrasikan bilah baling-baling yang dinamis selalu berputar mendorong pesat ke depan. Hal ini menunjukan komitmen pemerintah untuk kerja nyata dalam memajukan Indonesia.

Baca Juga : Rajo Jambi Kalahkan Hantu Pirau

Angka satu yang menembus bidang lingkaran mengarah ke kanan atas merupakan ajakan bagi seluruh lapisan masyarakat agar ber-“satu”, bahu membahu bekerja menembus segala rintangan. Secara tampilan logo 71 Tahun Indonesia Merdeka bernuansa modern dan sederhana dalam tampilan. Hal ini menunjukan sikap pemerintah yang mengutamakan keterbacaan yang jelas/transparansi/informatif dalam seluruh kerja nyatanya. Penjelasan Kepala Bekraf ini pun menjawab sudah pertanyaan masyarakat mengenai arti logo tersebut.

Rilis logo 71 Tahun Indonesia Merdeka secara resmi tertuang dalam surat Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara yang ditandatangani Sekretaris Setneg Setya Utama Nomor : B-1651/Kemensetneg/Ses/TU.00.04/05/2016 tanggal 25 Mei 2016 tentang Penyampaian Logo PeringatanHari Ulang Tahun Ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2016 kepada Para Pimpinan Lembaga Negara, Para Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Bank Indonesia, Jaksa Agung, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Para Perwakilan RI di Luar Negeri, Para Gubernur Provinsi di Seluruh indonesia, dan Para Bupati serta Walikota di Seluruh Indonesia.

Sumber : http://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1669/ayo-pahami-makna-logo-peringatan-hut-ri-ke-71

Baca selengkapnya

Situs Tuo Sumay dan Kerajaan Tertua di Kabupaten Tebo

Ada Apa Dengan Situs Tuo Sumay....?:

PT.Pusat Penerangan Terkini Minggu, 05 Juli 2015 Minggu, Juli 05, 2015

The Jambi Times - Tebo - Secara administratif Situs Tuo Sumay terletak di Dusun Ulu Gedong DesaTuo Sumay Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo. Situs Tuo Sumay beberapa tahun ini mencuat kepermukaan hingga dapat menarik minat peneliti - peneliti tersohor di Indonesia. Situs Tuo Sumay pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 dalam Pameran Pembangunan di Jambi namun yang dipamerkan adalahFragmen Bata Kuno oleh perwakilan Bungo - Tebo. Batu Bata Kuno yang ditemukan diduga menandakan adanya sebuah candi pada wilayah tersebut. Setelah itu, Pada tahun 1991 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu melakukan pendataan namun tidak menghasilkan informasi. Hal ini dikarenakan lokasi penemuan Fragmen Bata Kuno masih terdapat pohon - pohon besar, pohon salak, dll.

Disamping itu, masyarakat setempat juga melaporkan adanya temuan - temuan seperti piring - piring keramik, tusuk konde, kalung, cincin, jarum dll. Pada Seminar Melayu Kuno pada tahun 1992 di Jambi Fachrudin Saudagar dalam Pemaparanya mengenai The Expansion of The Ancient Malay in Jambi atau Perkembangan Kerajaan Melayu Kuno di Jambi menempatkan Dusun Tuo Sumay menjadi salah satu wilayah yang dianjurkan untuk diselidiki. Pada tahun 1995 dilakukan survey dilokasi temuan bata - bata kuno. Hasil Survey menunjukan bahwa fragmen bata - bata kuno ditemukan diatas gundukan dan disekitar rumah penduduk. Namunfragmen bata kuno tersebut dijadikan sebagai alas tiang rumah, dapur, teras,dan halaman rumah.

Kemudian, pada tahun 1996 dilakukan pemugaran gundukan dimana disisi barat dan utara adalah tempat perkampungan penduduk. Sementara sisi timur dan selatan berbatasan dengan makam. Pada tahun 1999 dilakukan ekskavasi penyelamatan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Dalam ekskavasi tersebut menghasilkan temuan Keramik Asing berbentuk wadah dan keramik lokal. Perbedaan temuan keramik menunjukan adanya perbedaan prilaku dengan kebudayaanpada situs lainnya. Hal ini dapat di simpulkan dikarenakan lokasi yang terdapat di pinggir Batang Sumay serta banyaknya pemukiman kuno maka menunjukan akulturasi budaya.Kerajaan Melayu Kuno Banyak perspektif dan dugaan - dugaan yang muncul perihal penemuan Situs Tuo Sumay yang diperkirakan usianya lebih tua dibandi Situs Candi di Muaro Jambi. Dimana diSitus Candi Tuo Sumay memiliki perbedaan Fragmen Bata yaitu bata merah dan putih. Diduga batu batamerah digunakan sebagai dasar bangunan dan batu bata putih sebagaibangunan utama dari ukuran batu batasaja sudah menunjukan perbedaan dengan Candi di Muaro Jambi. Dalam dunia sejarah di Indonesia mengenai kerajaan - kerajaan kuno banyak yang menyangka bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara adalah kerajaan tertua di Indonesia. Di Jambi sendiri terdapat sedikitnya dalam berita china ada 3 kerajaan tua.

Kandali/Kantoli/Kuntala

Dalam makalah Prof. Sartono yang diseminarkan di Jambi mengenai Sejarah Melayu Kuno hanya salah satudari sekian banyak pakar peneliti mengenai Kerajaan Melayu Kuno. Nama Kandali telah dikenal oleh Kaisar Hsiau-wu (459 - 464) menurut catatanya Raja dari Kandali bernama Sa-pa-la-na-lin-da menyuruh utusanya bernama Taruda untuk pergi ke negeri China sebagai Utusanya. Sedangkan menurut Catatan Kaisar Wu dari Dinasti Liang (502 - 549) Kerajaan Kandali mengirim utusanya keChina pada tahun 502, 519, dan 520. Dilaporkan juga bahwa Kerajaan Kandali berada di laut selatan dan adatkebiasaanya seperti penduduk kamboja dan champa. Menurut Mulyana menuturkan bahwa Toponin Kantoli dan Kandala yang berada di sekitar Jambi mungkin berasal dari India Selatan. Kedua Toponim yakni Kandali dan Kantoli, berasal dari Transliterasi China . Namun peneliti banyak meyakini lokasi Kuntala beradadi Sungai Tungkal yang bagian hulunya bernama Sungai Pengabuan.

Koying

Catatan yang dibuat oleh K'ang-tai dan Wan-chen dari Dinasti Wu (222 - 280) tentang adanya negeri bernama Koying. Tentang negeri juga dimuat dalam ensklopedi Tung - tien yang ditulis oleh Tu-yu (375 - 812) dan disalin oleh Ma-tu-an-lin dalam ensklopedi Wen-hsien-t'ungkao (Wolters dalam Sartono 1992 : 86) diterangkan bahwa kerajaan Koying ada gunung api dan daerah sebelah selatan ada sebuah teluk bernama Wen. Dalam teluk tersebut ada pulau bernama Pulei. Serta penduduk yang mendiami pulau tersebut semuanya telanjang bulat, dengan kulit bewarna hitam, giginya putih, dan matanya merah. Menurut catatan china yang lain disimpulkan lokasi Koying berada di Indonesia bagian barat seiring perkembangan zaman maka kerajaan koying sesuai dengan bukti arkeologi serta sumber - sumber lainnya disimpulkan lokasi Koying di Kerinci.

Tupo, Shepo, Tchupo

Menurut Ferrand (1992 dalam Sartono: 86) ada catatan sejarah China yang ditulis Fu-nan-t'u-su-chw'en berasal dari K'ang-tai bertahun 245 - 250 yang melaporkan adanya negeri bernama Tupo. Selain itu adanya transliterasi toponim Tupo yang identik berbunyi Tebo maka ada kemungkinan lokasi Tupo berada di Tebo.

Dari perdebatan sejarah selama ini Kerajaan Tupo lah yang menjadi perdebatan menarik selain minimnya sumber berita china tidak seperti Koying dan Kuntala namun tentunya Tupo memiliki sejarahtersendiri. Dalam Folklore masyarakat jambi tentang asal - usul rajo jambi menyebutkan wilayah tebo memegangperanan penting.Situs Tuo Sumay mencuat kepermukaan bisa jadi adalah untuk mengungkap Sejarah Kerajaan Tupo. Hal ini menarik untuk dikaji mengingat minimya penelitian sejarah di Kabupaten Tebo. Padahal Kabupaten Ini memiliki peranan cukup krusial di Sejarah Jambi bahkan sampai internasional. Berbondong - bondong peneliti untuk mencari data dan fakta jika dalam penelitian menunjukan Situs Tuo Sumay dibangun pada Abad ke 3 - 5 bisa jadi Kebesaran Kerajaan Tupo akan terungkap dan Kesejarahandi Kabupaten Tebo bukan lagi sebuah cerita pengantar tidur.

Slamet Setya Budi
Penulis adalah  Pengurus Palang Merah Indonesia Kabupaten Tebo

Baca selengkapnya
FZS BEROPERASI DI TEBO, PEMERINTAH KECOLONGAN

FZS BEROPERASI DI TEBO, PEMERINTAH KECOLONGAN




Buntut demo yang dilakukan oleh para Aktivis yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sedikit mengusik ketentraman Pemerintah Kabupaten Tebo untuk lebih mengawasi setiap Ormas, NGo ataupun Organisasi Lainnya. Dikarenakan pemerintah kurang peka dengan Non Government Asing. NGo tersebut adalah FZS (Frankfrut Zoological Society) yang membuka kantor cabang di Jl. Padang Lamo Km. 0 Muara Tebo seberang Makam Sumber Anom yang sudah beroperasi sejak Tahun 2002 di Dusun Simarantihan Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo.
Proses perizinan FZS belum lengkap inilah menjadi penyebab kemarahan para Mahasiswa. Frankfrut Zoological Society (FZS) yang beroperasi di Kabupaten Tebo dipimpin oleh Warga Negara Asing yang biasa dikenal oleh warga masyarakat Desa Suo – Suo bernama Peter. Frankfrut Zoological Society merupakan sebuah LSM yang bergerak dalam Pelestarian Orang Hutan dimana mereka menampung Orang Hutan yang dipelihara, ditangkap, sakit, ataupun orang hutan yang dijadikan pemain Sirkus. Tentunya ini adalah sebuah tujuan yang baik, dimana Frankfrut Zoological Society (FZS) mengembalikan orang hutan yang sakit ataupun diuar batas normal dikembalikan menjadi Orang Hutan yang sebenarnya.
Perawatan Orang Hutan tidak hanya sekedar perawatan biasa, mereka juga diberikan fasilitas yang baik dan tidak jarang di datangkan tenaga Ahli dari Luar Negeri. Frankfrut Zoological Society (FZS) sudah memulai Survey sejak tahun 1998 namun baru mendapatkan izin dari kementrian tahun 2001. Dikarenakan tidak adanya laporan dengan dinas terkait di Kabupaten Tebo dan Provinsi Jambi maka pemerintah tidak mengetahui Izin untuk kegiatan apa yang dikeluarkan oleh pemerintah dan berapakah lahan yang dilakukan untuk kegiatan.
Ini merupakan peringatan serius bagi pemerintah terkait dalam hal ini BAKESBANGPOLINMAS Kabupaten Tebo. Dihubungi melalui pesan singkat pihak Kesbangpolinmas Kabupaten Tebo diwakili oleh ibu Lita “bahwa belum ada laporan sejauh ini dari pihak FZS” Selasa (13/1). Tentunya ini bukanlah sebuah kerjasama yang baik bagi sebuah NGO Asing dan Pemerintah Daerah. Sementara itu, dikarenakan perizinan belum lengkap atau belum ada izin dari pihak Bakesbangpolinmas mengenai operasi Frankfrut Zoological Society (FZS) tentunya timbul tanda tanya apakah setiap program yang dilakukan dilaporkan kepada Instansi Terkait.
Mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 9 Tahun 1983 tentang pedoman Pendataan Sumber Potensi Pembangunan dan Peraturan Daerah Kabupaten Tebo No 10 Tahun 2010 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis Daerah. Maka dengan ketentuan tersebut setiap Organisasi, Ngo, atau Penelitian apapun yang berada di Wilayah Kabupaten Tebo wajib melaporkan dan menyampaikan hasil penelitian Kepada Pemerintah dalam hal ini diwakilkan kepada Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Tebo serta Kepala Bappeda Kabupaten Tebo. Dalam sebuah daerah ataupun negara memiliki sebuah undang – undang dan hal tersebut haruslah di terapkan. Ini tentunya bukan semata – mata kesalahan pemerintah namun kurang pekanya masyarakat juga mempengaruhi hal tersebut. Namun dibalik itu semua tentunya Frankfrut Zoological Society memiliki beberapa program unggulan.
Ini dia Program Frankfrut Zoological Society (FZS) Sejak tahun 2013
Mencuatnya nama Frankfrut Zoological Society (FZS) yang belum menyelesaikan proses perizinannya di Kabupaten Tebo menyisakan sebuah tanda tanya apa saja aktifitas yang dilakukan oleh Frankfrut Zoological Society (FZS). Selain Program mereka mengenai Pelestarian Orang Hutan ternyata mereka memiliki program bernama Community Development (ComDev) yang dipimpin oleh Bp. Iwan Kurniawan. Community Development yang dikenal dengan nama Program Pemberdayaan Masyarakat memiliki tujuan yaitu mempercepat penanggulangan kemiskinan berdasarkan pengembangan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat, partisipasi masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan.
Program Community Development yang dikembangkan oleh Frakfrut Zoological Society tahun 2013 dilaksanakan Di Dusun Simarantihan Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo. Program tersebut melibatkan masyarakat Suku Talang Mamak, Program tersebut bergerak pada bidang perkebunan karet. Dengan mengusung nama Sekolah Lapang “Wanatani Karet” pihak FZS (Frankfrut Zoological Society) mendidik masyarakat Suku Talang Mamak agar memahami mengenai Perkebunan Karet mulai dari Penyakit, Penanggulangan, Cara Tanam dan penyadapan.
Salah satu peserta sekolah lapang wanatani karet merupakan salah satu siswa Sekolah Menengah Pertama Satu Atap Desa Suo – Suo namun putus sekolah yaitu bernama Kindo. Ketika ditanyakan kenapa putus sekolah, Kindo menjawab “Saya tidak putus sekolah, tapi saya pindah sekolah yaitu bersekolah di Sekolah Lapang Wanatani Karet”. Dengan mengusung Sekolah Lapang, Peserta langsung terjun ke lapangan ini mempermudahkah peserta untuk langsung mengaplikasikannya dan kegiatanya hanya 1 – 2 hari dalam satu minggu. Kegiatan Sekolah Lapang Wanatani Karet memberikan sumbangsih cukup besar dalam keahlian dibidang perkebunan dalam kehidupan Suku Talang Mamak namun tidak keseluruhan masyarakat memiliki keahlian tersebut.
Penerapan Wanatani Karet juga di terapkan di Dusun Suo – Suo Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo. Masih menggunakan sistem yang sama namun peserta yang berbeda. Masyarakat Suku Talang Mamak yang memiliki keahlian dalam perkebunan karet, ikut dalam pendampingan peserta yaitu Amin, Jokar, Iskandar dkk. Pelaksanaan Sekolah lapang Wanatani Karet di Dusun Suo – Suo dilaksanakan pada 12 Agustus 2014. Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Camat Kecamatan Sumay yaitu Bp. Yanuar, SE, Bp. Julita dan Pihak FZS Bp. Iwan Kurniawan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Selasa dari pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB. Setiap peserta diberikan dana insentif sebesar Rp. 25.000,- per satu kali pertemuan. Namun dengan konsekuensi jika terlambat maka akan terkena denda Rp. 30.000,-. Kegiatan tersebut bekerjasama antara Frankfrut Zoological Society (FZS), Pertanian Alternatif Nusantara (PAN), World Wildlife Fund (WWF) dan Kementrian Kehutanan. Serta program ini didukung Oleh Kreditanstalt Fur Wiederaufbau (KFW) atau Badan Pemberi Pinjaman dari Jerman.
Disamping itu kegiatan Frankfrut Zoological Society juga bergerak di dalam Sosialisasi di Sekolah – Sekolah dalam Lingkup Desa Suo – Suo. Dalam kegiatan tersebut Pimpinan Frankfrut Zoological Society wilayah Jambi yang biasa dikenal oleh masyarakat yaitu Bp. Peter terlibat secara langsung dan tidak jarang juga dihadiri oleh Warga Negara Asing (WNA). Sosialisasi Pelestarian Orang Hutan di SD 88/VIII Desa Suo – Suo, dihadiri oleh Warga Negara Asing. Namun satu hari sebelum kegiatan, ketika ditanyakan mengenai tujuan ke Desa Suo – Suo, Shera (WNA Selandia Baru) menjawab “I will doing a research (Saya akan melakukan penelitian)” Rabu (20/8/14).
Ketua Adat Setempat bernama Bp. Sulaiman Madjid mengungkapkan “Sering saya lihat orang luar negeri datang kesini namun kami tidak mengetahui apa tujuaanya dan kami selaku masyarakat tidak pernah mengetahui hal tersebut”. Mengenai proses perizinan yang belum lengkap seharusnya Pihak Frankfrut Zoological Society (FZS) dapat segera menyelesaikannya. Dikarenakan mereka beroperasi di wilayah Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, Indonesia. (Ditulis Oleh Slamet Setya Budi, Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Muara Bungo)
Baca selengkapnya
Sejarah Rengas Dengklok

Sejarah Rengas Dengklok

          Peristiwa Rengasdengklok Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus. ReNO Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal Moichiro Yamamoto, komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda dengan sepengetahuan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Setelah itu mereka bermalam di kediaman Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. 
             Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[2](sekarang Jl. Proklamasi no. 1). Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta. ReNO Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di Monumen Nasional dengan bingkai[3] Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. 
            Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional. Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.[5] Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. ReNO Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional. Isi Teks Proklamasi Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah: Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605. Naskah Otentik Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi. Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.Hatta, A.Soebardjo, dan dibantu oleh Ir.Soekarno sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut: Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, 17 - 8 -'45
Baca selengkapnya