Muslimedianews.com ~
Oleh: Slamet Setya Budi*
Kabupaten Tolikara yang terletak di Provinsi Papua sesaat meledak
menjadi buah bibir dan menyita perhatian masyarakat di Indonesia bahkan
Dunia. Sesaat predikat Indonesia yang dikenal dimata dunia atas
Kerukunan Umat Beragamanya mulai luntur akibat konflik antara Agama
Minoritas dan Agama Mayoritas di Kabupaten Tolikara. 17 Juli 2015
menjadi tragedi yang menyayat hati Umat Islam, dimana Islam menjadi
agama mayoritas di Indonesia walaupun menjadi minoritas di Tolikara.
Berbondong - bondong media menyorot tragedi ini walaupun kadang kala
berita yang disampaikan masih simpang siur. Mendengar kejadian tersebut
JK notabene Wapres RI menyataan konflik tersebut diakibatkan oleh
Pengeras Suara. Orang nomor dua di Indonesia ini dianggap melakukan
pernyataan yang tidak sesuai dengan realita.
Pernyataan dari Pak JK mendapat bantahan dari berbagai pihak setelah
beredar Surat dari GIDI (Gereja Injil Di Indonesia) wilayah Tolikara
tertanggal 11 Juli 2015 lengkap dengan kop surat, stempel, serta
tandatangan Ketua dan Sekretarisnya di Dunia Maya. Surat tersebut
disampaikan juga kepada Bupati Tolikara, Ketua DPRD, Kepolisian Resor
Tolikara, Komando Rayon Militer TNI. Adapun isi dari Surat tersebut
Pemberitahuan bahwa mereka mengadakan seminar dan KKR Pemuda GIDI yg
(menurutnya) tingkat Internasional, Pelarangan kegiatan hari raya Idul
Fitri (takbir dan shalat Ied) di seluruh wilayah Kab. Tolikara, Jika
umat Islam tetap ingin merayakan hari raya Idul Fitri, hendaklah
merayakannya di luar Kab. Tolikara, Pelarangan penggunaan jilbab, Bahwa
GIDI melarang pendirian tempat ibadah selain mereka, termasuk aliran
Kristen yg lain (Katholik dan Protestan lainnya).
Surat tersebut dituding menjadi penyebab adanya Konflik di Tolikara.
Namun adanya pernyataan mengenai Kelalaian aparat menjadi tambahnya
kisruh di Tolikara. Konflik ini seharusnya dapat diantisipasi jika
sosialisasi dan toleransi terus dijalankan. Konflik ini meluas dan
saling menyalahkan bahkan BIN (Badan Intelijen Negara) dituding menjadi
garda terdepan dalam kelalaian mengantisipasi Konflik di Tolikara. Umat
muslim di Indonesia sudah terlanjur tersayat hatinya dan mengecam
kejadian tersebut. Walaupun di akhir paragraf tercantum larangan kepada
umat beragama lainnya namun meletusnya konflik dengan Umat Muslim
membuat konflik ini membesar. Dikhawatirkan kejadian ini akan menjadi
konflik antar umat beragama yang meluas di seluruh Indonesia ataupun
dimanfaatkan sebagai ajang politik. Untuk itu umat Islam seluruh
Indonesia ataupun yang menjadi korban perlu adanya Intropeksi dan
belajar dari masalah ini.
Islam Toleransi
Tersayatnya hati umat muslim dikarenakan kecintaan terhadap agama
mereka. Karena rasa cinta itulah yang menyebabkan kita merasa sakit
hati, tersulut emosi, dikhawatirkan menjadi tidak adil. Ditambah lagi,
pemberitaan yang belum lengkap yang terus dikonsumsi tanpa melihat hasil
nantinya menyebabkan rumitnya permasalahan ini.
Emosi karena kebencian yang terus disuarakan ditakutkan akan menyulutkan
api - api kecil yang akan membesar di seluruh penjuru negeri. Bahkan
dikhawatirkan memunculkan statemen yang mengatakan dan menghujat agama
lain berasal dari kaum yang dibenci Allah. Sebagai umat muslim janganlah
kita hanya memandang dari satu arah seperti mengharamkan toleransi
sehingga kita memeranginya hanya karena ada ayat yang berbunyi
" Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka " (QS Al - Baqarah :120).
Kebencian timbul biasanya disebabkan karena ketidakadilan baik oleh
umat lain, pemerintah, LSM, pemberitaan, dll. Sehingga kadangkala kita
menuntut hal tersebut bahkan berlaku tidak adil juga bahkan sampai
melarangnya padahal ada ayat yang menyatakan
"Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adil-lah! karena adil itu lebih dekat kepada
takwa." (QS Al - Maidah :8).
Kita sebagai umat muslim juga harus belajar memahami umat minoritas
lainnya. Mungkin kadangkala mereka juga merasakan kepenatan yang sama.
Untuk itu, kehidupan beragama perlu adanya toleransi, belajar merasa,
dan berlaku adil terhadap sesama maupun umat lainnya. Memahami bahwa
arti adil mendekati dengan Takwa maka Janji Allah bagi umatnya adalah
“Kalau
seandainya penduduk-penduduk negeri tersebut mau beriman dan bertaqwa
kepada Allah maka pasti Kami akan bukakan untuk mereka pintu-pintu
barakah dari langit dan bumi” (QS. Al - Araf : 96). Umat muslim
harus kembali memahami dan menerapkan syariat Islam Kaffah seperti
Rasulullah dan para sahabat beliau menerapkanya Dalam kehidupan pribadi,
keluarga, masyarakat dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jangan hanya karena tragedi Tolikara kita menjadi buta mata dan
melakukan Jihad dan Perang terhadap umat lain. Jika kita menuruti ego
masing - masing maka setiap ada Agama atau Kaum yang merasa terganggu
maka akan melakukan hal yang sama akibat tidak adanya keadilan. Karena
Al - Qur'an memang telah memerintahkan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar.
Sesuai dengan perintah tersebut juga menerangkan jalannya. Jika terjadi
hal yang tidak baik maka bantahlah dengan jalan yang baik seperti yang
diterangkan dalam QS. An - Nahl : 125
" Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah dengan cara yang baik ".
Untuk itu petiklah pelajaran berharga dalam menyikapi Tragedi di
Tolikara dan mulailah ciptakan Toleransi antar umat beragama. Perang
terbesar adalah melawan diri sendiri Jihad utama adalah melawan amarah.
Islam yang dicintai Allah adalah "Al-Hanifiyyah As-Samhah - Islam Yang
Toleran". Sehingga kita harus saling kenal mengenal, memahami, serta
memiliki sifat toleransi terhadap suku - suku dan bangsa - bangsa.
*Slamet Setya Budi
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Muara Bungo
 |
(Foto:Ist) |
Kabupaten Tolikara yang terletak di Provinsi Papua sesaat meledak
menjadi buah bibir dan menyita perhatian masyarakat di Indonesia bahkan
Dunia.
Sesaat predikat Indonesia yang dikenal dimata dunia atas Kerukunan Umat
Beragamanya mulai luntur akibat konflik antara Agama Minoritas dan Agama
Mayoritas di Kabupaten Tolikara. 17 Juli 2015 menjadi tragedi yang
menyayat hati Umat Islam, dimana Islam menjadi agama mayoritas di
Indonesia walaupun menjadi minoritas di Tolikara.
Berbondong - bondong media menyorot tragedi ini walaupun kadang kala
berita yang disampaikan masih simpang siur. Mendengar kejadian tersebut
JK notabene Wapres RI menyataan konflik tersebut di akibatkan oleh
Pengeras Suara. Orang nomor dua di Indonesia ini dianggap melakukan
pernyataan yang tidak sesuai dengan realita.
Pernyataan dari Pak
JK mendapat bantahan dari berbagai pihak setelah beredar Surat dari GIDI
(Gereja Injil Di Indonesia) wilayah Tolikara tertanggal 11 Juli 2015
lengkap dengan kop surat, stempel, serta tandatangan Ketua dan
Sekretarisnya di Dunia Maya.
Surat tersebut disampaikan juga kepada Bupati Tolikara, Ketua DPRD, Kepolisian Resor Tolikara, Komando Rayon Militer TNI.
Adapun isi dari Surat tersebut Pemberitahuan bahwa mereka mengadakan
seminar dan KKR Pemuda GIDI yang (menurutnya) tingkat Internasional,
Pelarangan kegiatan hari raya Idul Fitri (takbir dan shalat Ied) di
seluruh wilayah Kab. Tolikara, Jika umat Islam tetap ingin merayakan
hari raya Idul Fitri, hendaklah merayakannya di luar Kab. Tolikara,
Pelarangan penggunaan jilbab, Bahwa GIDI melarang pendirian tempat
ibadah selain mereka, termasuk aliran Kristen yg lain (Katholik dan
Protestan lainnya).
Surat tersebut dituding menjadi penyebab
adanya Konflik di Tolikara. Namun adanya pernyataan mengenai Kelalaian
aparat menjadi tambahnya kisruh di Tolikara.
Konflik ini seharusnya dapat diantisipasi jika sosialisasi dan
toleransi terus dijalankan. Konflik ini meluas dan saling menyalahkan
bahkan BIN (Badan Intelijen Negara) dituding menjadi garda terdepan
dalam kelalaian mengantisipasi Konflik di Tolikara. Umat muslim di
Indonesia sudah terlanjur tersayat hatinya dan mengecam kejadian
tersebut.
Walaupun di akhir paragraf tercantum larangan kepada umat beragama
lainnya namun meletusnya konflik dengan Umat Muslim membuat konflik ini
membesar.
Dikhawatirkan kejadian ini akan menjadi konflik antar umat beragama yang
meluas di seluruh Indonesia ataupun dimanfaatkan sebagai ajang politik.
Untuk itu umat Islam seluruh Indonesia ataupun yang menjadi korban
perlu adanya Intropeksi dan belajar dari masalah ini.
Islam Toleransi
Tersayatnya
hati umat muslim dikarenakan kecintaan terhadap agama mereka. Karena
rasa cinta itulah yang menyebabkan kita merasa sakit hati, tersulut
emosi, dikhawatirkan menjadi tidak adil. Ditambah lagi, pemberitaan yang
belum lengkap yang terus dikonsumsi tanpa melihat hasil nantinya
menyebabkan rumitnya permasalahan ini.
Emosi karena kebencian
yang terus disuarakan ditakutkan akan menyulutkan api - api kecil yang
akan membesar di seluruh penjuru negeri. Bahkan dikhawatirkan
memunculkan statemen yang mengatakan dan menghujat agama lain berasal
dari kaum yang dibenci Allah.
Sebagai umat muslim janganlah kita hanya memandang dari satu arah
seperti mengharamkan toleransi sehingga kita memeranginya hanya karena
ada ayat yang berbunyi " Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka " (QS Al - Baqarah
:120). Kebencian timbul biasanya disebabkan karena ketidakadilan baik
oleh umat lain, pemerintah, LSM, pemberitaan, dll.
Sehingga kadangkala kita menuntut hal tersebut bahkan berlaku tidak adil
juga bahkan sampai melarangnya padahal ada ayat yang menyatakan "Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil-lah! karena adil itu lebih dekat
kepada takwa." (QS Al - Maidah :8).
Kita sebagai umat muslim juga harus belajar memahami umat minoritas
lainnya. Mungkin kadangkala mereka juga merasakan kepenatan yang sama.
Untuk itu, kehidupan beragama perlu adanya toleransi, belajar merasa,
dan berlaku adil terhadap sesama maupun umat lainnya.
Memahami bahwa arti adil mendekati dengan Takwa maka Janji Allah bagi
umatnya adalah “Kalau seandainya penduduk-penduduk negeri tersebut mau
beriman dan bertaqwa kepada Allah maka pasti Kami akan bukakan untuk
mereka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi” (QS. Al - Araf : 96).
Umat muslim harus kembali memahami dan menerapkan syariat Islam Kaffah
seperti Rasulullah dan para sahabat beliau menerapkanya Dalam kehidupan
pribadi, keluarga, masyarakat dan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.Jangan hanya karena tragedi Tolikara kita menjadi buta mata
dan melakukan Jihad dan Perang terhadap umat lain.
Jika kita menuruti ego masing - masing maka setiap ada Agama atau Kaum
yang merasa terganggu maka akan melakukan hal yang sama akibat tidak
adanya keadilan. Karena Al - Qur'an memang telah memerintahkan Amar
Ma'ruf Nahi Mungkar. Sesuai dengan perintah tersebut juga menerangkan
jalannya.
Jika terjadi hal yang tidak baik maka bantahlah dengan jalan yang baik
seperti yang diterangkan dalam QS. An - Nahl : 125 " Serulah (manusia)
kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahlah dengan cara yang baik ". Untuk itu petiklah pelajaran berharga
dalam menyikapi Tragedi di Tolikara dan mulailah ciptakan Toleransi
antar umat beragama.
Perang terbesar adalah melawan diri sendiri Jihad utama adalah melawan
amarah. Islam yang dicintai Allah adalah "Al-Hanifiyyah As-Samhah -
Islam Yang Toleran".
Sehingga kita harus saling kenal mengenal, memahami, serta memiliki sifat toleransi terhadap suku - suku dan bangsa - bangsa.
Ditulis Oleh : Slamet Setya Budi
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Muara Bungo